Wah,
biarpun dia sudah tua, cara berpakaiannya cukup terlihat tak biasa. Rambutnya yang
sebahu itu diikat agak tinggi dengan menggunakan pita berwarna putih tulang
dengan sisa pita yang menjuntai hampir setinggi bahunya, dia tampak anggun dengan
dress kuning pastel berbunga yang
menjuntai sampai menutupi lututnya, juga selembar bolero rajut coklat tipis dan
oh, sepatunya... aku tak menyangka kalau sepatu all star putih, cocok melekat di kaki seorang wanita tua. Kalau kuperhatikan,
bisa kutebak umurnya; kukira dia berumur 60 tahunan. Entahlah, mungkin karena
kulitnya yang sudah mengeriput atau karena urat-urat di lengannya sudah mulai
nampak jelas. Setelah berjalan beberapa langkah menyusuri jalan setapak,
sampailah kami di depan pintu rumah dan nyonya Shelly mulai sibuk mengeluarkan rentengan
kunci dari dalam saku bajunya. Terdengar suara gemerincing dari puluhan kunci
yang dikaitkannya dengan sepotong kain. Nyonya Shelly begitu terlihat sibuk
dengan kunci-kuncinya.
“ehm..., mau ku bantu?” tanyaku.
“ah, tidak apa-apa. Aku ingin membiasanya diri dengan kunci-kunci ini” balasnya dengan senyuman. Astaga, sudah ada 8 kunci yang dicobanya tapi tak satu pun yang berhasil.
Karena aku mulai tak sabar, aku mulai bertanya kembali.
“Bukannya tadi anda baru saja keluar dari rumah ini? Seharusnya pintunya tidak terkunci,,,” tiba-tiba, “klik”. Rupanya dia telah berhasil membukanya. “*pintu ini dirancang khusus agar bisa terkunci otomatis dan hanya akan bisa dibuka dari dalam. Jika aku tak membawa kunci ini, aku pasti sudah tidur di luar. Jendela itu – sambil menunjuk ke salah satu jendela sebelah kiri – sudah sering diganti karena aku terpaksa menjebolnya supaya aku bisa masuk dan mengambil kunci yang tergantung di pintu bagian dalam” jelasnya sambil tersenyum ke arahku. (*pintu yang dimaksud adalah pintu dengan desain khusus yang dibuat agar terkunci otomatis saat pintu ditutup. Sisi pintu yang terletak di luar, tidak terdapat knop pemutar seperti pada sisi pintu bagian dalam; hanya terdapat sebuah handle yang berfungsi untuk menarik dan mendorong saja.)
“yaaah, kau tahu lah bagaimana orang-orang tua seperti aku terkadang lupa untuk mengunci pintu. Kau lihat kunci-kunci ini? Ini adalah kunci-kunci dari banyak ruangan di rumahku ini. Aku selalu membawanya bersamaku” jelasnya lebih lanjut; aku hanya tersenyum, menanggapi kata-katanya.
"Masuklah" ajaknya ramah
Bagikan
THE APART-MENT Chapter 1-2
4/
5
Oleh
Chika