Tuesday, 11 October 2016

THE APART-MENT Chapter 2-1

THE APART-MENT
Chapter II
Perjalanan Ke Grand Shade

            Erangan mesin mobil tuan Tucker mengiringi perjalanan kami ke Grand Shade. Cerita-cerita tentang Grand Shade yang penuh misteri masih berhembus liar di pikiranku. Selama perjalanan, tak ada sepatah kata pun yang diutarakan nyonya Shelly; begitu pula dengan diriku. Kami berdua hanya duduk terpaku di kursi belakang.


         “Eeem...nona Bricks, aku mendengar dari nyonya Banner bahwa anda berasal dari London.” Pertanyaan tuan Tucker memecah keheningan.                              

          “Oh, iya, ya, ya, itu benar.”, jawabku dengan terkejut.                              

        “Sebagai perkenalan kita yang pertama, saya ingin anda tahu bahwa saya juga berasal dari London.”, kata tuan Tucker sambil melongok ke arahku lewat kaca spion depan.                                                                                                                       

         Aku mulai tersenyum enggan                                                                     

       “Benarkah itu? Yaaah, sebenarnya London bukanlah tempat asalku. Aku pindah ke sana sekitar 7 tahun lalu. Hmmmh, orang tuaku sering berkeliling dunia dan tinggal di berbagai tempat di beberapa negara; mereka juga membawaku serta.”, jawabku kepada tuan Tucker.                                                                               

        Terlihat dari kursi belakang, tuan Tucker menganggukkan kepalanya beberapa kali seraya menyimak ceritaku.                                                                                   

      “Waaah, pasti itu terasa sangat repot; harus selalu bersiap dan berkemas.”, katanya dengan wajah sedikit bingung.                                               

       “Untungnya, tidak. Orang tuaku selalu memberikan banyak hal kepadaku; tak hanya materi tapi juga petualangan-petualangan yang mengasyikkan di setiap negara dan kota yang kami singgahi dan tinggali. Jadi aku tidak pernah merasa bahwa itu adalah sesuatu yang merepotkan. Bagaimana dengan mu tuan Tucker, apa ceritamu dengan London dan bagaimana kau bisa tiba di tempat ini?” aku merespon dengan cukup antusias.                                                                      

         Sesaat, tuan Tucker menghela nafas dan mengembuskannya panjang panjang dan mengerutkan dahinya tampaknya dia sedang mengingat-ingat sesuatu.       

       “Hmmm..., ceritanya cukup panjang dan kompleks. Tapi sekedar info untukmu, dulu aku lahir dan besar di sana, di daerah pinggiran. Tak terlalu banyak cerita yang bisa kuingat saat masa mudaku dulu. Aku hanya tinggal bersama ibuku – ibuku adalah orang tua tunggal – dan aku hanyalah seorang anak yang menikmati setiap fase kehidupan sama seperti anak-anak lain pada umumnya; bersekolah, berkuliah dan kemudian bekerja. Lalu saat ibuku meninggal, saat itu usiaku menginjak 24 tahun, aku pun memutuskan untuk pergi meninggalkan London. Hidup di jalanan dalam perantauan, membuatku merasa ngeri; aku melihat banyak anak-anak muda seusiaku yang mengkonsumsi narkoba dan bahkan mereka mengajakku untuk ikut mencicipi. Tapi aku memilih untuk tidak melakukannya dan ingin melakukan hal yang lebih baik, sampai aku bertemu dengan ayah pak James, tuan Richard Banner, yang waktu itu sedang bekerja di sebuah konstruksi bangunan – sepertinya dia adalah mandor di situ. Singkat cerita, tuan Richard membawaku ke kota ini. Begitulah kenapa aku bisa sampai ke kota ini”, kisah tuan Tucker.                                            

            Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, tanda memahami.

Aku mengobrol dengan tuan Tucker sekitar 10 menit lamanya dan tampaknya perjalanan masih cukup lama karena medan jalan yang sulit membuat mobil tak dapat dipacu lebih cepat.      
                                           
“Tuan Tucker,,,” panggilku. 
                                                                                     
“Ya, nona,,,” sahut tuan Tucker sambil sedikit menoleh ke arahku.      
   
“Apakah jalan ini tak pernah diperbaiki? Jalan ini terasa tak nyaman dilewati.” tanyaku penasaran.          
                                                                                
“Hehehe...ya ya ya, aku sering mendengar keluhan itu dari beberapa pengunjung dari sekitar 20 tahun yang lalu. Aku sempat menyampaikan hal ini kepada tuan Richard Banner agar dia mau memperbaiki jalan ini. Awalnya beliau setuju, namun karena kondisi kesehatannya yang terus menurun, tuan Banner urung melakukan persetujuan perbaikan jalan ini. Sampai suatu hari ia sempat berkata kepadaku bahwa sebenarnya, jalan ini adalah salah satu bagian dari konsep dibangunnya villa itu; katanya jalan ini adalah bagian dari petualangan. Saat beliau menjelaskan semuanya, barulah aku memahaminya dan berhenti melaporkan keluhan-keluhan pengunjung mengenai jalan ini.” jelas tuan Tucker tegas.                                                                                                                           
“Oh, begitu rupanya...” jawabku perlahan sambil menganggukkan kepalaku. 

Dari dalam mobil, aku memandang ke arah luar, sepertinya udara di luar sangat dingin; aku bisa merasakannya dari jendela kaca mobil. Kutempelkan telapak tanganku ke jendela mobil di sebelahku dan saat aku menarik tanganku, itu meninggalkan jejak telapak tangan dari embun yang terbentuk karena reaksi antara suhu yang rendah di luar dan tanganku yang mengeluarkan suhu yang lebih tinggi. Sama seperti reaksi yang terjadi pada saat kita menghembuskan nafas di suatu tempat terbuka dengan suhu rendah. Mataku yang sedari tadi melihat ke arah luar mencoba menembus kegelapan; aku menyipitkan mataku, mencoba menemukan objek yang bisa kulihat. Tapi gelapnya langit malam ini cukup pekat, sehingga tak ada apa pun yang dapat kulihat. Aku mencoba melihat ke arah lain; aku melihat ke arah depan mobil dimana lampu mobil tepat meneranginya, namun lagi-lagi aku tak dapat melihat banyak objek, hanya jalan lurus berbatu dan tak rata yang di kanan-kiri nya terdapat rerumputan yang cukup tinggi. Kusandarkan lagi tubuhku dan menghela nafas panjang lalu kembali terdiam.   

Bagikan

Jangan lewatkan

THE APART-MENT Chapter 2-1
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.