“Nyonya
Benner! Nyonya, apakah kau ada di dalam?!”
Nyonya Shelly yang tampak kebingungan,
segera berlari menuju ke arah pintu lalu membukanya; kami berdua – aku dan pak
James – juga mengikuti nyonya Shelly dari belakang. Saat pintu dibuka, aku
melihat seseorang berkulit hitam yang lumayan tinggi, dia memakai setelan jas
berwarna merah maroon dan juga celana
kain berwarna sama serta dasi berwarna hitam menggantung rapih di kerah baju
hem putihnya.
“Nyonya, maaf saya datang terlambat. Hmm...,
saya baru saja pulang dari kebaktian di rumah teman.”, kata pria itu.
“Tak apa. Masuklah, Tucker”, sambut
nyonya Shelly.
Oooh, jadi
ini kah Tucker si tukang kebun yang baru saja diceritakan oleh pak James
beberapa menit yang lalu. Menurutku, dia kelihatan agak seram. Gumamku
perlahan.
“Aku memanggil dia kemari untuk
mengantar Lilian ke Grand Shade”, kata nyonya Shelly kepada pak James.
Pak James hanya terdiam dan nampak raut kebingungan yang semakin tersirat jelas
di wajahnya. Sambil menongkakkan salah satu tangannya di pinggang dan tangan
yang lain menggaruk-garuk kepala, Pak James berkata dengan nada tegas, katanya,
“Aku tak tahu harus bagaimana sekarang;
kau telah melakukan semua ini tanpa memberitahuku yang sebenarnya dan sekarang
Tucker sudah di sini, setidaknya kita harus memberi ia pekerjaan. Bukan begitu,
Shelly? Kita akan bicarakan ini lagi, besok.”
Mendengar kata-kata itu, nyonya Shelly
nampak bingung sekaligus takut, tapi nyonya Shelly tetap menganggukkan
kepalanya, menjawab pertanyaan dari suaminya tadi dengan raut lesu.
Pak James berjalan menghilang ke
dalam rumah dan tak lama, ia kembali dengan membawakan koperku yang super berat
itu dan memberikannya kepada tuan Tucker sambil berkata
“Tucker, tolong antarkan tamu kami ke
villa”, kata pak James.
“Shelly, sayangku, kau pergilah bersama
Lilian dan Tucker. Aku akan menyusul, aku akan bereskan rumah kita dulu. Sampai
bertemu di villa. Maafkan aku sudah membentakmu tadi.”, pinta pak James kepada
nyonya Shelly dan diakhirinya dengan sebuah kecupan manis di kening sang
isteri.
Tanpa banyak berkata-kata, nyonya Shelly
lalu berjalan menuju pintu. Ku rangkul tubuh renta nyonya Shelly dan
mengajaknya berjalan bersama. Sesampainya di luar, aku melihat tuan Tucker
tengah sibuk menyalakan mesin mobilnya dan membukakan pintu mobil.
“Silahkan naik”, katanya sambil memegangi
pintu mobil. Sementara kami berdua mulai beranjak masuk ke dalam mobil, tuan
Tucker mengangkat koperku yang berat itu ke dalam bagasi mobil. Koper itu
nampak ringan di tangan tuan Tucker - tentu saja, tubuhnya tinggi dan besar. Setelah
aku dan nyonya Shelly duduk dan menunggu di dalam mobil, Tn. Tucker pun tengah
bersiap di depan kemudi, tak lama ia menoleh ke arahku, lalu dia menyapaku “selamat
petang, nona, saya Tucker.”
“Ah, iya, salam kenal, saya Lilian Bricks.”
Balasku.
“Oh, nona Bricks, rupanya anda yang
ingin berlibur di Grand Shade Semoga liburan anda menyenangkan. Grand Shade
sangat lihai mengambil hati pengunjung, nona, mungkin sebaiknya kau memperpanjang
liburanmu di sini” Ucapnya sambil tersenyum sopan ke arahku, tapi aku hanya
tersenyum masam “aku ragu akan hal itu” aku berbicara pelan.
Mobil mulai bergerak perlahan, dan
perjalanan ke Grand Shade pun dimulai.
Bagikan
THE APART-MENT Chapter 1 END
4/
5
Oleh
Chika
