Tuesday, 6 September 2016

THE APART-MENT Chapter 1-4

Rumah ini mulai didesain oleh ayahku saat ia berumur 22 tahun dan ia baru saja lulus dari sekolah arsiteknya dan mulai dibangun 2 tahun kemudian. Menurutku, rumah ini adalah karya terbaiknya” ceritanya dengan bangga. Nyonya Shelly kembali berjalan ke sudut lain dan aku mengikutinya dari belakang sambil melihat-lihat sekeliling.   
                                                             
“Tiga hari lalu saat listrik padam, aku menyalakan banyak lilin dan lampu minyak di ruangan ini dan aku tidur di depan perapian. Sampai pada pukul tujuh malam aku terbangun karena aku mencium aroma seperti ada sesuatu yang sedang terbakar. Aku sungguh terkejut saat aku melihat satu lampu minyak di sudut ini – sambil berjalan ke sudut ruangan yang dimaksud – telah jatuh dan membakar lantai kayu yang ada di sekitarnya. Aku panik, tak ada seorang pun di rumah, waktu itu, aku kira rumah ini akan hangus terbakar. Lalu cepat-cepat aku menyiramkan seember air untuk memadamkan apinya. Kau tahu apa yang ku lihat? Bekas kebakaran itu hanya menyisahkan noda hitam saja, tak ada kayu yang rusak. Meskipun noda hitam ini tak dapat dibersihkan, tapi aku lega karena rumah ini masih tetap utuh dan kokoh. Sejak dulu aku tak percaya kata-kata ayahku yang mengatakan bahwa rumah ini sangatlah kuat. Tapi setelah kejadian itu, barulah aku percaya.” Nyonya Shelly mengakhiri kisahnya dengan senyuman. Wow..., mendengar ceritanya,  aku semakin takjub dengan rumah ini.   
                                                              
“Nyonya Shelly, maaf, apakah anda tinggal sendirian di sini?”, tanyaku.     

“tentu tidak, sayangku. Mana mungkin wanita renta sepertiku bisa tinggal sendirian,,, Aku tinggal bersama suamiku; dia sedang pergi ke bar di kota. Aku memintanya untuk membelikan wine. Yaaa, kami sangat ingin menyambutmu saat kau datang Lili. Makanya kami bersiap-siap. Tapi ternyata kau datang lebih cepat dari dugaanku.” 

Tak lama dia bejalan ke ruangan lain dan menghilang dibalik tembok sebuah ruangan. Aku tidak mengikutinya, karena aku sedang asyik memandangi rumah yang elok ini. Di beberapa sudut, aku melihat banyak sekali foto-foto tua yang digantung dan juga beberapa sertifikat yang sudah sangat usang dan lama dan ada pula barang-barang antik yang tertata rapih di sebuah bufet kayu di salah satu sudut ruangan.   

“Nyonya, kau tahu, kau adalah salah satu orang dari beberapa yang pernah kutemui yang gemar mengoleksi barang-barang tua dan antik. Aku juga seorang pengkoleksi barang-barang lama, tapi aku belum pernah melihat yang seperti ini. Ini hobi yang unik sekali.”, kataku sambil terus memandangi deretan benda-benda tua itu. Terdengar suara nyonya Shelly membalas ucapanku, katanya 

“Ah, kau berlebihan. Benda-benda itu, kecuali foto-foto dan sertifikat-sertifikiat itu, sebagian besar adalah pemberian dari tamu-tamu kami. Banyak dari mereka yang datang dari tempat yang jauh.”  
                                                       
 Saat sedang menyimak cerita nyonya Shelly, tak sengaja, dari sudut mata, tiba-tiba aku melihat ada lorong gelap. Aku mencoba melangkah mendekat untuk melihat ada apa di lorong itu. Sesampainya di depan lorong itu, ternyata ada saklar lampu di tembok kiri bawah. Kutekan saklar lampu itu dan seberkas cahaya remang mulai menerangi lorong itu. Aku tak menemukan apa pun kecuali deretan enam buah pintu yang berhadapan dan satu lagi berada di ujung tengah lorong, tepat berada di depanku. Aku semakin penasaran saat ku melihat salah satu pintu – pintu ke dua di deretan sebelah kiri – sedikit terbuka. Aku melangkah perlahan untuk mengintip ke dalamnya. Aku baru memulai langkah pertamaku menuju pintu misterius itu, tapi...                

 “Kami sangat senang ketika tahu bahwa akan ada tamu yang akan datang setelah sekian lama.” Terdengar suara nyonya Shelly, aku segera mematikan lampu di lorong tadi dan tak lama ia kembali...                                              

“Kau adalah tamu kami, Lilian, dan kami sangat gembira menyambutmu.” ungkapnya dengan wajah berseri.                                                                       

“Waaah, saya senang sekali. Terima kasih sudah menyambut, anda sungguh baik.”, kataku.                                                                                                             

“Jadi apakah ini adalah Grand Shade yang ku cari?” tanyaku.                          

Lalu wanita tua itu pun menjawab,    

“Bukan, nak. Grand Shade ada di halaman belakang rumah ini, kurang lebih 3 kilometer dari sini.”

Bagikan

Jangan lewatkan

THE APART-MENT Chapter 1-4
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.