Friday, 21 October 2016

THE APART-MENT Chapter 2-2

Suasana di dalam mobil begitu hening; aku melihat ke arah nyonya Shelly yang sedari tadi hanya duduk terdiam dan hanya memandang keluar jendela mobil, tiba-tiba perlahan menoleh kepadaku dan tersenyum lesu.       

“Aku benar-benar minta maaf atas apa yang baru saja kau dengar. Aku tahu, ini seharusnya menjadi liburan yang menyenangkan untukmu.” Kata nyonya Shelly dengan nada sesal.               
                                                  
Aku tersenyum kecil sambil menghela nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya dengan lega. 

“Aku baik-baik saja, nyonya Shelly. Lagi pula aku sudah mengeluarkan banyak biaya untuk perjalanan ini. Kau tahu, aku akan tinggal di sini sampai musim mendatang. Atau yang lebih bagus lagi, aku akan tinggal di villa sampai Natal nanti dan akan pulang sebelum malam tahun baru tiba, karena aku berjanji kepada orang tuaku untuk merayakan nalam pergantuan tahun bersama. Tak apa-apa, kan?”, jelasku kepada nyonya Shelly.
                                                
Terlihat senyuman kecil dan anggukkan dari wajah nyonya Shelly; sepertinya dia sedikit merasa lega.
       
Mendengar kata-kataku, tampaknya mata nyonya Shelly mulai kembali bersemangat. Wajahnya yang perlahan berbinar dan senyuman kecil yang tersirat di bibirnya setidaknya telah membuatku sedikit lega karena aku cukup merasa bersalah. 
                                                                            
“Tucker...,” nyonya Shelly terlihat kembali bersemangat.

“Ya, nyonya.” Jawab tuan Tucker.
                                                                    
“Apakah kau sudah menaruh selimut dan bantal ekstra di villa?” tanya nyonya Shelly kepada tuan Tucker dengan antusias.

“Sudah, nyonya, semuanya sudah kupersiapkan siang tadi. 2 selimut tambahan untuk menahan dingin di malam hari dan 1 bantal tambahan yang ekstra besar di kamar tidur utama. Saya juga sudah mengganti semua sprei lama dengan sprei yang baru; semuanya seperti yang kau perintahkan, nyonya.”, jawab tuan Tucker dengan detail. 
                                                                                  
Mendengar itu, aku merasa senang; tampak juga olehku wajah nyonya Shelly yang semakin berbinar dan penuh semangat. 
                                               
“Kau akan nyaman tinggal di villa, Lilian, aku jamin itu. Bagaimana pun juga, itu adalah villa kebanggaan keluarga kami.” Ucap nyonya Shelly dengan binar. Kepercayaan diriku semakin bertambah.
                                                               
Tak sabar aku untuk tiba ke villa itu, dan sejenak, kisah kelam Grand Shade yang tak berujung itu terlupakan olehku.
                                                            
Tak kusangka perjalanan ke villa itu memakan waktu hampir 25 menit. Mobil pun berjalan melambat dan akhirnya berhenti di suatu jalan yang buntu.
            
“Kita sudah sampai, Nyonya.” lapor tuan Tucker dari balik kemudi. 
       
Dengan bergegas, tuan Tucker meng-hand break mobilnya lalu turun dari kursi kemudinya dan menghampiri pintu mobil belakang dan membukakan pintu untuk nyonya Shelly. Dari dalam mobil, sambil melihat ke segala arah, perlahan aku membuka pintu mobil lalu aku pun turun dari mobil. Kuperhatikan sekelilingku, terlihat gelap pekat, bahkan cahaya bulan tak dapat menembus gelapnya awan di langit malam di Reven Det 36; mungkin sedang mendung. Samar terlihat rerumputan tinggi yang bergoyang-goyang karena dihembus angin. Suasana begitu gelap dan dingin, hanya lampu dari mobil tuan Tucker lah yang jadi satu-satunya penerangan. Tepat di bias cahaya lampu mobil, samar ku melihat sebuah gerbang besi yang tinggi - mungkin sekitar 12 kaki – yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar di bagian atas dan samping kanan-kirinya. Aku sungguh penasaran dan ingin segera melihatnya sendiri. Terlihat dari sudut mata, tuan Tucker sedang sibuk menarik koperku dari dalam bagasi mobilnya; rupanya koperku agak sedikit tersangkut. Aku datang mendekat dan bermaksud untuk membantunya, tapi..., oh, ternyata koperku sudah berhasil dikeluarkannya. Aku berjanji akan membuang koper sialan itu setelah pulang dari liburan ini. Mengapa bisa ada koper yang begitu menyusahkan?  
                  
“Ayo, Lilian.”, ajak nyonya Shelly.

Bagikan

Jangan lewatkan

THE APART-MENT Chapter 2-2
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.